Ada yang mengatakan kehidupan
itu selalu berputar layaknya bumi yang setiap waktu berputar mengelilingi
porosnya. Kadang kita merasakan kebahagiaan yang amat luar biasa dan melupakan
akan kesedihan yang akan kita hadapi esok. Tapi, yang kurasakan justru
kebalikan dari semua itu. Bumi tidak pernah berputar layaknya teori ilmuwan dan
kesediahan lah yang selalu mampir dalam kehidupanku dan slalu tak terlintas
sedikitpun kebahagiaan yang akan kudapatkan untuk hari esok.
Yah, aku adalah mahasiswa
semester 2 yang sekarang bersusah payah membiayai kuliahku sendiri demi
menggapai cita dan anganku yang entah hal itu dapat terwujud ataukah tidak.
Nama panjangku Intan mutiara kusuma, tapi kebanyakan orang memanggilku si
kusum. Yah, aku memang terlihat culun dimata mereka, perawakanku yang tak
terurus dan pakai kaca mata kuno yang besar. Aku masih punya ayah dan ibu, tapi
mereka bekerja serabutan untuk bertahan hidup dikota metropolitan ini. Mereka
harus memberi makan dan menyekolahkan adik-adikku yang sekarang masih duduk
dibangku SD dan SMP. Aku 3 bersaudara, adikku yang pertama namanya Sonya, dia
yang sering membantuku jualan gorengan dijalan raya. Adikku yang terakhir
namanya Edo baru bisa bermain, karena usia yang cukup kecil, dia baru beranjak kelas
satu SD. Setiap pulang dari kampus, aku bekerja ketempat les privat untuk
menambah pembiayaan kuliahku. Kadang kalau masih punya waktu aku berjualan
gorengan dengan Sonya. Pagi itu
aku ada kuliah pagi, bergegaslah aku berangkat dengan mengayuh sepeda ontelku.
Setelah didepan kelas “Ups…. Kacamataku ketinggalan dech, gimana nih” Aku
bingung tidak karuan, karena aku tidak terbiasa kalau tidak pakai kaca mata tua
itu. Tiba-tiba ada seorang cowok bawa setumpuk buku nabrak aku. “Sory mbak ya..
aduh, buku-bukunya jatuh deh”. “Biar saya bantu” jawabku, dengan posisi
merunduk karena aku tahu siapa cowok itu. “Terima kasih” jawabnya. Aku segera
berlari kekelas, dengan hati yang gak karuan. Aku tahu itu siapa, aku tahu dia
adalah cowok yang selama ini aku taksir selama 4 tahun dari SMA kelas 1. Tapi
kami tidak pernah berkenalan sama sekali, karena aku sangatlah minder
dengannya. Banyak cewek yang terus menerus mengejarnya, namanya adalah Brian.
***
Siang yang panas, aku
beranjak keperpus pusat dikampusku. Aku tidak punya teman, tidak seperti
mahasiswa yang lain yang punya gerombolan teman. Aku mencari buku referensi
buat tugasku minggu depan. “Eh kamu yang nabrak aku tadi pagi kan?” tanya salah
seorang cowok didepanku. “Iii.. iyaa..” jawabku agak malu-malu. “Namamu siapa?”
dia bertanya kembali. Batinku, kenapa dia benar-benar tidak mengenali aku
padahal kita satu SMA. Mungkin aku benar-benar tidak berharga dimatanya.
“Kusuma” jawabku singkat. “Oh Kusuma, kata mahasiswa disini kamu adalah
mahasiswa terpintar. Boleh donk kita sharing tentang mata kuliah
masing-masing?” kata brian panjang lebar.
***
Semenjak itu aku
semakin akrab dengan Brian. Yang semula hidupku benar-benar tidak bewarna,
kelam penuh noda membandel kini seperti layaknya pakaian yang kinclong habis dicuci
dan disetrika. Aku tidak nyangka Brian yang terlihat cool mau berteman dengan
aku, dan bahkan dia sekarang menjadi TTM aku. Dia yang selalu membantu aku jika
aku mengalami kesulitan keuangan dikeluarga kami. Sungguh aku menemukan sosok
pria idaman, dan membetulkan teori kehidupan yang awalnya aku tolak. Kini, aku
menunggu Brian menembak aku sebagai wanita dambatan hatinya. Semoga saja hal
itu terwujud, karena sinyal-sinyal yang Brian berikan seperti menunjukkan bahwa
aku pun layak menjadi pacarnya.
***
Seperti biasa aku
berangkat pagi-pagi untuk mengikuti kuliah pagiku. Tapi kali ini aku berjalan
seperti menyusuri jalan kekampus. Yah, karena sepeda ontelku rusak, gara-gara
bannya bocor belum sempat dibetulin. Terpaksa deh, jalan .. yah sembari
menikmati udara pagi yang sehat. “Braakkkkkkkkkk” ada cowok yang menabrakku.
“Auuhh…eh siapa kamu, maen nabrak sembarangan lagi?” dengan nada keras. “Maaf,
bolehkah kamu ikut aku sebentar!” Tanganku ditarik olehnya dan dibawa kesebuah
tempat yang aku tak tahu tempat apa itu. Kulihat didepan pintu tertulis “Sweet
Honey” benar-benar aneh sekali. “Eh kamu siapa, apa maksud kamu mengajak aku
kesini?”. Dia hanya terdiam dan tetap menyeretku kearah dalam. Kulihat ada 2
kawannya disitu. “Haiii” Sapa kawan-kawannya.
“Haii juga, kalian siapa kenapa aku diseret kesini? Bisa-bisa aku
laporkan ke pol………..” tiba-tiba cowok tadi menutup mulutku dengan tangannya.
Pandangannya sungguh indah, kalau kulihat-lihat cowok tersebut manis juga. Aku
pun berhenti seketika dan mendengarkan salah seorang menceritakan maksud semua
itu. “Perkenalkan aku Rendra dan ini Silvia dan cowok yang membawa kamu kesini
itu namanya Bisma, kalau kamu?” aku masih bingung dnegan semua itu, “aku
Kusuma”. “Bisma adalah anak orang kaya yang sombong, ayahnya dalah designer
yang hebat. Mamanya mempunyai beribu ribu butik yang tersebar diseluruh penjuru
kota. Mereka selalu menindas kaum miskin, bahkan beliau selalu menggusur rumah
warga untuk keperluan bisnis mereka. Bisma melawan semua itu, tapi akhirnya dia
diusir dari rumah dan sama sekali mendapatkan seperserpun warisan mereka. Bisma
hanya diberi surat ini bacalah!”
Aku masih bingung,
sangat bingung apa hubungannya dengan aku. Kuraih saja surat itu dan kubaca. “Bisma, kamu boleh kembali kerumah dan
memaksa papa dan mama menghentikan semua ini kalau kamu mampu melawan papa dan
mama dalam kompetisi lomba ajang kontes model 2013 nanti” “Terus apa
hubungannya dengan aku?” aku masih bertanya-tanya. Salah satu temannya
berbicara “Bisma telah mengamati seluk beluk kamu, selama beberapa hari. Dan
kamulah yang akan membantu model untuk kami nanti dalam lomba tersebut”.
“Haaa?????” aku sungguh tidak menyangka hal itu terjadi. “Mana mungkin? Kenpa
harus aku, kan masih banyak wanita cantik sesksi dan ………” seperti biasa Bisma
memotong pembicaraanku. Akhirnya dia ngomong. “Aku tahu kamu, aku tahu
permasalahan dikeluargamu. Besuk lusa rumahmu akan digusur kan?”. “Dari mana
kamu tahu semua itu?” aku bertanya. “Sudah ku bilang, aku tahu semuanya tentang
kamu. Saya minta tolong kamu mau membantu saya dan membantu keluargamu dari
ancaman gusuran itu”. Aku melihat sosok mata dengan sorotan tajam penuh
harapan. Aku pun tahu masalah yang menimpaku selama ini, tentang rumahku yang
akan digusur. Aku bilang ya.. saat itu. “tapi, bagaimana aku bisa, aku hanya
manusia culun, cupu?” Bisma menyeretku kembali dan menghadapkanku pada cermin
besar. “Lihat dirimu, copot kaca mata tuamu dan uraikan rambutmu itu, miringkan
badanmu kekanan lalu lihatlah! Miringkan badanmu kekiri lalu lihatlah!” Ternyata
aku cantik juga , jawabku dalam hati. Semenjak itu aku pun semakin yakin bahwa
aku bisa membantu grup “sweet honey” itu dan membantu keluargaku.
***
Semenjak aku membantu
grup “Sweet honey” aku selalu diomelin ibu dan ayahku. Mereka tak tahu semua itu.Mereka
hanya bisa mengeluh kalau rumahnya mau di gusur. Terpaksa aku menghentikan
salah satu pekerjaan sampinganku yaitu les privat. Sore yang melelahkan,
setelah aku belajar berjalan ala model pada umumnya dimarkas grup “Sweet Honey”
aku pulang kerumah seperti biasa. Kulihat ibu menjerit, ayah tersungkurkan
ditanah, adek-adek yang takut sambil menangis. Yah.. ada salah satu atasan yang
datang kerumah untuk memberitahukan bahwa rumahku segera digusur. Argg… pasti
hal itu akan terjadi. Aku belum bisa bantu apa-apa, setelah mereka pergi aku
pun segera membantu menenangkan mereka.
***
Aku menelfon Brian, dan
menceritakan semua itu. Brian mendukung keputusanku mengikuti grup “Sweet
Honey” tersebut, dia memang selalu mensupport aku dalam keadaan apapun. Malam
itu aku melihat banyaknya bintang dilangit, kucoba memikirkan wajah Brian,
lelaki idamanku selama 4 tahun. Wajahnya yang lucu, hidungnya yang mancung
ehh,,, kenapa tiba-tiba muncul wajah cowok itu? Yah tiba-tiba muncul wajah
Bisma. “Haduch.. kok bisa muncul wajah cowok itu sih” ngomel sendiri didalam
kamar, dan kulanjut tidur.
***
Membaca buku dengan
Brian adalah hobiku, kita mempunyai hobi yang sama. Kita memang cocok sekali,
ibarat sepatu nih pas buat kakiku. Pagi itu dosen kita sama-sama kosong, kita menghabiskan
waktu bersama dengan membaca diperpus. Eh eh.. Silvi menelfon suruh segera
datang kemarkas. “Yan.. aku harus kemarkas nih buat pengukuran desin bajunya,
gak apa apa kan ku tinggal sendiri?” tanyaku. “Oh gak apa-apa kok, ati-ati ya”
.. dengan senyum manisnya. Setelah tiba dimarkas, aku pun dihadapkan dengan
Bisma yang agak cuek itu. “Silvi mana?” tanyaku, dia hanya terdiam membisu
dengan menggambar beberapa rancangan design yang akan dibuat. “Cuek banget”
jawabku. “Hai si sweety?” tiba-tiba silvi keluar dari kamar mandi. “Sweety?”
aku heran dengan panggilan itu. “iya kamu sweety, uda lupain aja sweety. Yuk
lanjut kepengukuran yah”
“Habis ini kamu akan
jalan-jalan sama Bisma memilih kain yang cocok buat tubuh indah kamu sweety”
sambil mengukur tubuhku. “apa? Sama si cuek itu? Gak ah silvi, mending sama
kamu.” Jawabku meminta. “Sweety kamu harus sama Bisma, soalnya aku akan ngedate
ama Rendra” jawab Silvi. “Emangnya hubungan kamu dengan Rendra apa an?” aku
semakin yakin kalau Rendra dan silvi menjalin hubungan. “Ya gitu dech”.
Jawabnya. Aku terpaksa harus pergi sama Bisma saat itu.
***
“Sepertinya kamu cocok
dengan ini saja” katanya dengan memilih warna kain yang pas untukku. “Eh..
kenapa sih kamu mau membantu orang miskin kayak aku?” tanyaku yang sedikit
melenceng dari topik. Dia hanya diam dengan sibuk memilih kain yang cocok.
“Hello.. saya tidak berbicara dengan tembok yah..?” semakin sebal dengannya.
“Karena aku kasihan” jawabnya singkat. “Aku gak perlu dikasihani, aku bisa mencari tempat sendiri seaindainya
rumahku akan digusur nantinya”. Dengan PDnya bicara seperti itu aku padanya
tapi bagaimana caranya. Ah……… “Uda gak usah banyak biacara, sekarang kamu saya
antar pulang.”
“dari mana kamu tahu
rumah aku?” tanyaku tiba-tiba karena aku diturunkan tepat didepan gang rumahku.
“sudah kubilang, aku tahu semua nya tentang kamu”. Aku semakin benci dengan
sifatnya. Kadang baik, kadang sifatnya cueknya minta ampun. “Emang kalau kacang
gak akan lupa sama kulitnya tuh” ngedumel sendiri.
***
Saat kontes pun tiba,
aku benar-benar tidak karuan pikiranku. Karena aku harus membolos kuliah demi
acara lomba ini. Belum lagi aku harus berhenti bekerja untuk membantu ibu dan
ayah. Kali ini aku harus yakin pada diriku sendiri. Dipersimpangan jalan, Brian
sepertinya hadir sebelum acara dimulai. Dia pasti mencari-cari aku saat itu,
aku mencari Hpku didalam tas. Eh mana nih Hp batinku. “Aduch ketinggalan lagi
dirumah, apes dah” batinku. “Eh gimana Bisma uda membawa pakaiannya buat kamu?”
tanya Rendra. “Belom, dia malah belom kelihatan kok”jawabku. “Ya uda silvi….
Sini, cepetan nih make pin Kusuma secepatnya”. Suruh Rendra ke silvi.
Di depan aula ada
sekelompok bangsawan terlihat, yah itu adalah ayah Bisma dan mamahnya. Aku baru
lihat kalau seorang anak berkompetisi dengan orang tuanya demi membela kaum
miskin. Aku sempat kagum dengan Bisma, eh.. tapi sifat cueknya itu hlo yang
buat jengkel. Tapi tunggu.. kok ada Brian disitu?” batinku. “Brian???” lirihku. Silvi sempat
melirik keluar. “Oh Brian? Iya itu adiknya Bisma. Dia anak kesayangannya Papa
dan mamahnya Bisma.” Jelas Silvi. “Apa?” aku kaget bukan main. Jantungku
tiba-tiba berhenti berdetak. Datanglah sesosok manusia cuek itu. “Bisma..
akhirnya kamu datang, gimana kamu yakin kita akan menang?” tanya Rendra.
“Yakin, Usum cepat berganti pakaian dengan dress ini” katnya dengan suara
halus. Aku pun berganti pakaian dengan dres berwarna cream ada motif bunga
dengan pernak penik yang begitu mewah. Aku terlihat sungguh anggun dengan dress
itu. Saat aku keluar dari bilik ganti , Bisma menatapku begitu terpesona. Dia
tak berhenti berkedip melihatku. “Wow.. kamu cantik sekali sweety, iya kan
Rendra dan Bisma?” tanya silvi ke Rendra dan Bisma. “Wow Excelent” .. jawab
Rendra. “Nah sekarng tiba saatnya Bisma memberikan arahan bagaimana nanti
diatas panggungnya, Kita harus cabut Ren..” Betul..ayo…kita kedepan menyapa
yang lainnya”! ajak Rendra.
***
Kamu tahu kan, cara
berjalan yang baik nanti? Tanya Bisma. “Aku gak bisa , aku takut Bisma, aku
takut mengecewakan kamu. Aku takut kalau kamu kalah dalam pertandingan ini. Dan
kamu tidak dianggap anak lagi oleh…” ketiga kalinya dia menutup mulutku dengan
tngannya. Dia memandangku penuh harap, aku tahu dari sorot matanya. “Sudah
kubilang, aku tahu semua tentang kamu, aku tahu kamu mampu melakukannya.
Jadilah diri kamu sendiri, saat kamu berjalan nanti. Kamu harus percaya diri
kamu sendiri, kamu bukan cupu lagi. Kamu harus buktikan bahwa kamu bisa
dihadapan semua orang” nasehat Bisma kepadaku. “Tapi…….. rengekku. “Bukankah
ada yang bilang bahwa dunia itu berputar.. kamu tidak akan lagi menjadi Kusuma
yang cupu dan miskin lagi, karena kalau kamu memenangkan kompetisi ini. Kamu
akan menjadi model terkenal, kamu akan dilihat diseluruh dunia. Kamu harus
yakin, ibumu, ayahmu, dan adik-adikmu mereka akan datang melihatmu nanti” . Aku
tersentuh dengan kata bijak yang Bisma katakan, Aku gak nyangka kalau dia bisa
memberi support aku layaknya Brian mensuport aku. Kala itu sewaktu namaku
dipanggil untuk kepanggung, aku mulai percaya diri dan maju langkah demi
langkah. Aku sering melihat di TV jalannya model bagaimana, dan saaat itu aku
mempraktekannya dalam ajang besar seperti ini. Aku berjalan sebagai diriku
sendiri, kusuma yang cupu dan pintar. Aku memperhatikan sosok ibu ayah dan
adik-adik terpesonamelihatku. Merekapasti bangga dan heran kepadaku, aku
terharu kala itu. Brian dan kedua orang tuanya
pun memandangku penuh heran dan.. kenapa ada wanita disamping Brian.
Siapa itu?” tanyaku dalam hati. Sepertinya aku pun membuat semua orang di aula
tersebut terpukau memandangku. Mungkin mereka tak percaya akan sosok Kusuma
yang biasanya dengan kusuma yang sekarang. Sewaktu aku keluar dari panggung,
sosok Bisma tiba-tiba memelukku dengan eratnya. “Terima kasih sweety”. Dia
bilang sweety ke aku. Aku pun ikut senang kalau dia pun puas dengan
penampilanku. Aku hanya bisa tersenyum kepadanya, kenapa dia berubah manis
seperti itu kepadaku. “Eh aku mau tanya, wanita yang disampingnya Brian itu
siapa?” tanyaku. “Dia .. dia adalah pacarnya Brian, maafkan aku.” Aku kaget, tapi
kenapa dia minta maaf. “Kenapa kamu minta maaf?” Serentak aku tanya, namaku
dipanggil dengan kerasnya, pertanda aku memenangkan kompetisi ini. Bisma
menyeretku seperti biasa, dia senangnya bukan maen. Aku suka melihat senyuman
terpancar dibibirnya yang biasanya hanya diam cuek membisu.
***
Tiba saatnya dia
memberikan sambutan, aku benar-benar tidak menyangka kalau dia mengatakan itu.
Dia menembakku dihadapan semua orang terutama orang tuaku, sungguh membuatku
shock seketika. Aku pun dihadapkan dengan perasaan bingung, tapi aku juga tidak
bisa membohongi perasaanku sendiri bahwa aku suka juga sama Bisma. Aku menerima
Bisma menjadi pacarku saat itu, pada peristiwa dan momen bersejarah dalam
hidupku. Dan akhirnya teori tentang dunia pasti berputar itu betul. Kini aku
menjadi model terkenal, rumah mewah. Kini aku tidak sendirian, tidak lagi Brian
tapi ada Bisma disampingku dan kini semua orang juga pengen menjadi temanku. Saat ini
lah aku tahu, kalau dibalik kesedihanku selama ini ada kebahagiaan nantinya berkat usaha dan doa.
by. Asiyah